10 ATURAN UNTUK SUATU HARI YANG BERBAHAGIA
1. HARI INI SAYA TIDAK AKAN MEMBALAS DENDAM:
Bila seseorang berlaku kasar, bila seseorang berlaku tidak sabar, bila seseorang tidak ramah … saya tidak akan berlaku demikian.
2. HARI INI SAYA AKAN MEMOHON TUHAN MEMBERKATI “MUSUH” SAYA:
Bila saya menjumpai seseorang yang memperlakukan saya dengan kasar atau tidak adil, saya diam-diam akan memohon pada Tuhan untuk memberkati orang itu. Saya memahami bahwa “musuh” saya boleh jadi adalah seorang anggota keluarga, tetangga, teman sekerja atau orang yang tidak saya kenal.
3. HARI INI SAYA AKAN BERHATI-HATI DENGAN KATA-KATA SAYA:
Saya akan berhati-hati dan mengendalikan kata-kata saya dan meyakini bahwa saya tidak menyebar gosip.
4. HARI INI SAYA AKAN BERJALAN LEBIH JAUH:
Saya akan menemukan cara untuk menolong dengan berbagi beban dengan orang lain.
5. HARI INI SAYA AKAN MEMAAFKAN:
Saya akan memaafkan setiap sakit dan luka hati yang saya temui.
6. HARI INI SAYA AKAN MELAKUKAN HAL YANG BAIK UNTUK SESEORANG, TETAPI SAYA AKAN MELAKUKANNYA DIAM-DIAM:
Secara anonim saya akan mencoba menjadi berkat bagi orang lain.
7. HARI INI SAYA AKAN MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN SEBAGAIMANA SAYA INGIN DIPERLAKUKAN:
Saya akan melakukan aturan emas – berlakulah pada orang lain sebagaimana Anda ingin mereka memperlakukan Anda – pada setiap orang yang saya jumpai.
8. HARI INI SAYA AKAN MEMBERI SEMANGAT PADA SESEORANG YANG SEDANG PUTUS ASA:
Senyum saya, kata-kata saya, dukungan saya, dapat membuat perbedaan bagi orang yang sedang bergumul dalam kehidupannya.
9. HARI INI SAYA AKAN MEMELIHARA TUBUH SAYA:
Saya akan makan secukupnya; saya hanya akan makan makanan yang sehat. Saya akan bersyukur pada Tuhan untuk tubuh saya.
10. HARI INI SAYA AKAN BERTUMBUH SECARA ROHANI:
Saya akan memberikan waktu lebih banyak untuk berdoa hari ini: Saya akan membaca sesuatu yang rohaniah hari ini; saya akan mencari tempat yang tenang (pada suatu saat pada hari ini) dan mendengarkan firman Tuhan.
Surat dari Yesus
Sahabat-Ku yang terkasih, Aku mengasihimu. (Yohanes 15:9) Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. (Yesaya 43.1) Sebelum Aku menciptakan engkau, Aku telah mengenal engkau. Dan sebelum engkau lahir, Aku telah menguduskan engkau. (Yeremia 1:5) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Yohanes 15:16) Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. (Yeremia 31:3) Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia (Yesaya 43:4)
Masakan Aku membiarkan engkau? Kasih-Ku padamu terlalu besar. (Hosea 11:8) Aku sangat mengasihimu hingga aku disalibkan di Kalvari. Aku mati untuk engkau, dan bila engkau percaya pada-Ku, engkau akan memperoleh kehidupan kekal. (Yohanes 3:16)
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Aku tak dapat melupakan engkau (Yesaya 49:15) Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yesaya 41:13) AKU MENYERTAI KAMU SENANTIASA SAMPAI KEPADA AKHIR ZAMAN. (Matius 28:20)
Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada-Ku. (Yohanes 14:1) Akulah yang menolong engkau. (Yesaya 41:14) Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau. Kesukaran yang kau hadapi tidak akan menghanyutkanmu. Pencobaan berat yang datang tak akan mencelakakanmu. (Yesaya 43:2)
Sekalipun engkau berjalan dalam lembah kekelaman, janganlah takut karena Aku bersamamu. Gada-Ku dan tongkat-Ku menghiburmu. Aku akan memimpinmu di jalan kebenaran. (Mazmur 23) Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Yohanes 14:27)
Damai sejahtera yang Kuberikan padamu melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu. (Filipi 4:7) Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan takut dan tidur dengan nyenyak. (Amsal 3:24) Sebab Aku membiarkan engkau beristirahat dengan aman. (Mazmur 4:8)
Sebab mata-Ku tertuju pada mu dan memberikan pengharapan padamu. (Mazmur 33:18) Engkau akan beroleh jalan masuk. Di dalam kasih karunia ini engkau berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2) Aku akan memberikan sukacita dan damai sejahtera. Bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan. (Yesaya 55:12)
Mungkin kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. (Yohanes 16:22) Rambut kepalamupun terhitung semuanya, jadi jangan takut akan segala sesuatu. (Matius 10:30)
Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu. (Yesaya 54.10) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)
Maka datanglah sahabat-Ku terkasih, datanglah. Aku akan membawamu dalam keheningan dan Aku akan berbicara dari hati ke hati. Aku benar dan setia. Aku akan menunjukkan kasih-Ku yang tak berubah dan menjadikan engkau kepunyaan-Ku selalu. Aku akan menepati janji-Ku, dan engkau kemudian akan mengenal-Ku sebagaimana belum pernah terjadi sebelumnya. Aku adalah Aku. (Keluaran 3:14) Aku adalah TUHAN, Allahmu (Hosea 13:4)
Sahabatmu yang setia,
Yesus
SOCRATES DAN PENGETAHUANNYA
Di yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu dengan filsuf besar itu dan berkata, “ Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?”
“Tungggu beberapa menit,” Socrates menjawab. “Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test.”
“Triple Filter?”
“Benar,” kata Socrates. “Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test.”
Filter pertama adalah KEBENARAN. “Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?”
“Tidak,” jawab orang itu, “sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."
“Baik,” kata Socrates. “ jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?”
“Tidak, malah sebaliknya …”
“Jadi,” Socrates melanjutkan, “Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada satu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN. Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?”
“Tidak, samasekali tidak.”
“Jadi,” Socrates menyimpulkan, “ bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar, buruk dan bahkan tak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya pada saya?”
Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau kawan yang Anda kasihi.
Salib yang dipendekkan
Seorang musafir melakukan perjalanan ke Tanah yang Dijanjikan. Ia memikul salib tuannya, suatu beban yang diterimanya dengan senang. Karena terlalu lelah, ia beristirahat. Di tengah teriknya matahari, ia melihat seorang penebang kayu sedang menebang sebuah pohon.
“Sahabat,” kata musafir itu, “bolehkah saya meminjam kapak Anda untuk memendekkan salib ini. Rasanya makin lama, makin berat.”
“Tentu saja,” kata pemotong kayu itu, dan musafir itu memangkas salibnya. Ia pun melanjutkan perjalanannya. Salibnya lebih pendek dan bebannya juga lebih ringan.
Akhirnya, Tanah yang Dijanjikan berada di depan mata. Ketika ia mendekat, ia melihat ada jurang yang dalam yang memisahkan ia dengan kemuliaan di depannya. Ia mencoba menggunakan salibnya sebagai jembatan untuk menyeberangi jurang itu. Ternyata salib itu kurang panjang sebanyak bagian yang telah dipangkasnya. Ia sangat menyesal, air matanya mengalir, dan ia terbangun; ternyata itu hanya mimpi. Ia memeluk salib yang dibawanya itu erat-erat. Salib itu masih berat seperti semula, tetapi bebannya lebih ringan.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. (Matius 10:38)
Bagikan kebahagiaan Anda
Ada dua orang yang dirawat dalam sebuah ruangan di sebuah rumah sakit. Keduanya menjadi sangat akrab dan setiap hari saling menceritakan keluarganya dan pengalamannya. Setiap sore salah seorang boleh duduk selama sejam di tempat tidurnya yang dekat dengan satu-satunya jendela di ruangan itu. Orang yang satu lagi harus berbaring terus.
Setiap sore bila orang yang tempat tidurnya dekat jendela itu boleh duduk, ia menceritakan semua yang dilihatnya melalui jendela. Ia bercerita melihat taman dengan danau yang indah. Bebek dan angsa berenang-renang di situ dan anak-anak bermain dengan kapal-kapalan mereka. Pasangan muda-mudi berjalan bergandengan tangan di tengah-tengah taman bunga yang berwarna-warni indah. Kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di bangku-bangku yang tersedia di pinggir danau. Pohon-pohon besar terdapat di sekitar danau, di kejauhan terlihat profil gedung-gedung perkotaan. Ketika orang yang duduk dekat jendela menceritakan semuanya itu dengan sangat rinci, orang yang satu lagi memejamkan matanya membayangkan semua yang didengarnya.
Hari dan minggu berlalu. Suatu pagi, perawat mendapatkan orang yang tidur dekat jendela itu meninggal. Orang yang satu lagi bertanya kalau ia boleh pindah ke tempat tidur dekat jendela. Perawat itu membolehkan dan memindahkannya ke dekat jendela. Setelah perawat yakin bahwa orang itu bisa berbaring dengan enak, ia meninggalkannya. Orang itu dengan pelan-pelan, sambil menahan sakit, berusaha bangkit. Dengan bertopang pada sikunya ia mencoba menengok ke luar jendela. Dengan penuh harap ia ingin melihat dengan mata kepala sendiri semua yang telah ia bayangkan. Namun yang dilihatnya hanyalah dinding yang kosong.
Orang itu bertanya pada perawat apa yang menyebabkan sahabatnya itu menceritakan hal-hal yang indah di luar jendela itu. Perawat itu heran dan menerangkan bahwa orang itu buta yang bahkan tidak dapat melihat dinding di balik jendela itu. Ia berkata, “Mungkin ia hanya ingin memberi semangat pada Anda.”
Epilog … Sungguh suatu kebahagiaan yang besar untuk membuat orang lain bahagia, bagaimana pun keadaan kita. Bila kita membagi kesedihan, kedukaan kita berkurang separuh, tetapi bila kita membagikan kebahagiaan, kita mendapatkannya berlipat
Kata-kata bijak
Unsur utama kebahagiaan adalah: sesuatu untuk dikerjakan, sesuatu untuk dikasihi, dan sesuatu untuk diharap.
Allan K. Chalmers
Kebahagiaan seperti kupu-kupu, bila dikejar ia akan menjauh dari jangkauan kita, tetapi bila kita duduk diam, ia mungkin hinggap pada kita.
Nathaniel Hawthorne
Semua orang yang berbahagia selalu bersyukur. Orang yang tidak bersyukur tidak dapat berbahagia. Kita cenderung berpikir bahwa karena tidak berbahagia maka orang mengeluh, tetapi yang lebih benar adalah karena orang mengeluh maka mereka tidak berbahagia.
Dennis Prager
Hanya ada satu kebahagiaan dalam hidup, mengasihi dan dikasihi.
George Sand
Sukses bukanlah kunci menuju ke kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci menuju sukses. Bila Anda menyukai yang Anda kerjakan, Anda akan sukses.
Albert Schweitzer
Saya telah belajar mencari kebahagiaan dengan membatasi keinginan saya, bukan dengan mencoba memenuhi semuanya.
John Stuart Mill.
Kebahagiaan seperti minyak wangi yang tidak mungkin Anda percikkan pada orang lain tanpa Anda sendiri terpercik.
Ralph Waldo Emerson
Mengejar kebahagiaan adalah salah satu sumber ketidakbahagiaan.
Eric Hoffer
Bila suatu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lainnya terbuka, tetapi seringkali kita terlalu lama berada di depan pintu tertutup itu hingga tidak melihat pintu lain yang terbuka.
Keller, Helen
Bukanlah tempat, atau kondisi, tetapi alam pikiranlah yang membuat seseorang berbahagia atau sengsara.
Roger L'Estrange
Kebahagiaan tak akan datang pada mereka yang tidak menghargai yang telah mereka miliki.
Anonymous
Bila saya ditanya apakah cangkir saya setengah berisi atau setengah kosong, jawab saya adalah saya bersyukur karena saya mempunyai sebuah cangkir.
Sam Lefkowitz
Tuhan tak pernah bertanya pada seorang pun apakah ia mau menerima kehidupan. Itu bukan pilihan. Anda harus menerimanya. Pilihannya hanyalah bagaimana.
Henry Ward Beecher
Bila sesuatu salah, cobalah perbaiki kalau Anda bisa. Tetapi berlatihlah untuk tidak kuatir. Kuatir tak pernah memperbaiki sesuatu.
Mrs. Ernest Hemingway
Seorang yang pesimis melihat kesulitan pada setiap kesempatan, seorang yang optimis melihat kesempatan pada setiap kesulitan.
Sir Winston Churchill
Tak ada setetes air hujan yang menganggap dirinya penyebab banjir.
Anonim
Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan hanyalah orang yang tidak pernah berbuat sesuatu
Bishop W.C. Magee
Kesempurnaan dicapai, bukan karena tidak ada lagi yang bisa ditambahkan, tetapi bila tak ada lagi yang tertinggal untuk dibuang.
Antoine de Saint Exupery
Orang yang sukses mengambil keuntungan dari kesalahannya dan mencoba lagi dengan cara berbeda..
Dale Carnegie
Tak ada rahasia untuk keberhasilan. Itu adalah hasil perencanaan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan.
Colin Powell
Kita bertanggung jawab bukan hanya akan hal yang kita lakukan, tetapi juga akan apa yang tidak kita lakukan.
Moliere
Cara terbaik mengalahkan lawan adalah menjadikannya teman.
Abraham Lincoln
Bila Anda memaafkan, Anda tidak mengubah masa lalu --- tetapi yang pasti Anda mengubah masa depan.
Bernard Meltzer
Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi.
Bernard Meltzer
Terberkatilah mereka yang memberi tanpa mengingatnya. Dan terberkatilah mereka yang menerima tanpa melupakannya.
Bernard Meltzer
Lakukan yang baik yang Anda bisa
Dengan semua cara yang Anda bisa
Di semua jalan yang Anda bisa
Pada semua waktu yang Anda bisa
Kepada semua orang yang Anda bisa
Sepanjang yang Anda bisa.
Bernard Meltzer
Bila Anda tidak berharap, Anda tidak akan mendapatkan lebih jauh dari harapan Anda.
St. Clement of Alexandria
Lebih baik pantas mendapat kehormatan tetapi tidak memperolehnya daripada memperolehnya tetapi tidak pantas mendapatkannya.
Mark Twain
Kesempatan…sering datang secara tersamar dalam bentuk ketidakberuntungan, atau kekalahan sementara.
Napoleon Hill
Hanya Yesus yang membangun kerajaanNya di atas kasih.
Napoleon I
Membeli waktu ayah
Seorang laki-laki pulang dari bekerja agak terlambat, lelah dan jengkel. Ia melihat anaknya yang berumur lima tahun menunggunya di depan pintu.
“Ayah, bolehkah saya bertanya?” tanya anak itu.
“Ya, ada apa?” jawab ayahnya.
“Ayah berapa gaji ayah satu jam?”
”Itu bukan urusanmu! Mengapa kau tanyakan itu?” Sahut ayahnya marah.
”Saya cuma ingin tahu. Tolong beritahu saya berapa yang ayah peroleh dalam sejam?” Pinta anak itu.
”Bila kamu ingin tahu, saya memperoleh 20 dolar per jam.”
”Oh,” anak itu menjawab dengan kepala menunduk.
Lalu ia bertanya kembali, ”Ayah, bolehkah saya meminjam 10 dolar?”
Ayahnya agak gemas.
”Bila itu alasannya kamu bertanya gaji saya hanya untuk membeli sebuah mainan bodoh atau hal lain yang konyol pergilah ke kamar dan tidur. Berpikirlah mengapa kamu hanya mementingkan dirimu sendiri. Saya bekerja keras seharian penuh dan tidak mempunyai waktu untuk permainan tak berguna itu.”
Anak itu pergi ke kamar tidurnya dan menutup pintu.
Ayahnya duduk dan menjadi makin jengkel terhadap pertanyaan anaknya itu. Betapa beraninya anaknya menanyakan pertanyaan seperti itu untuk mendapatkan uang. Setelah kira-kira sejam, orang itu lebih tenang, dan mulai berpikir bahwa ia agak terlalu keras terhadap anaknya. Mungkin ada sesuatu yang anaknya ingin benar-benar beli dengan 10 dolar itu apalagi anak itu jarang meminta uang. Orang itu bangkit ke kamar anaknya dan membuka pintu seraya bertanya, “Apakah kamu sudah tidur anakku?”
”Belum ayah,” jawab anak itu.
”Saya berpikir, mungkin saya terlalu keras kepadamu tadi. Hari ini sangat melelahkan hingga ayah tadi tidak sabaran. Ini 10 dolar yang kamu minta.”
Anak itu bangun cepat-cepat. “Oh, terima kasih ayah!” teriaknya. Kemudian ia meraba ke bawah bantalnya dan mengambil beberapa lembar uang yang sudah kucal. Orang itu yang melihat anaknya sudah memiliki sejumlah uang, mulai marah lagi. Anak itu pelan-pelan menghitung uangnya, lalu memandang ayahnya.
”Mengapa kamu meminta uang lagi kalau kamu sudah memilikinya?” Ayah itu menggumam.
”Karena uang saya tidak cukup, tetapi sekarang sudah,” jawab anak itu. “Ayah, saya mempunyai 20 dolar sekarang … Bolehkah saya membeli waktu ayah selama sejam?”
Bagilah waktu Anda dengan seorang yang Anda cintai.
Mengapa Tuhan datang sebagai manusia
Adalah seorang laki-laki yang tidak percaya akan Tuhan, dan ia tidak ragu-ragu memperlihatkan pada orang lain perasaannya tentang agama dan hari libur agama, misalnya Hari Natal. Namun isterinya, adalah orang percaya, ia membesarkan anak-anaknya yang juga percaya pada Tuhan dan Yesus.
Pada suatu malam Natal yang bersalju, isterinya mengajak anak-anaknya ke kebaktian malam Natal di komunitas pertanian tempat mereka tinggal. Ia mengajak suaminya ikut namun ia menolak. “Cerita itu omong kosong!” katanya. “Mengapa Tuhan mau merendahkan diriNya datang ke dunia sebagai manusia? Ini aneh!” Maka si isteri itu berangkat bersama anak-anaknya dan sang suami tinggal di rumah. Sesaat kemudian angin bertiup makin kencang dan salju turun makin lebat. Orang itu menengok keluar jendela namun hujan salju menyebabkan ia tidak melihat apa-apa. Malam itu ia duduk santai dekat perapian.
Kemudian ia mendengar suara ketukan keras di jendela. Sesuatu telah menumbuk jendela itu. Lalu terdengar lagi ketukan. Ia melihat keluar namun tidak bisa melihat lebih dari beberapa inci. Ketika hujan salju agak mereda ia pergi keluar untuk melihat apa yang telah menumbuk jendelanya. Di ladang dekat rumahnya ia melihat sekelompok angsa liar. Tampaknya mereka terbang ke selatan menghindari musim dingin namun terperangkap dalam badai salju dan tak dapat terus. Mereka tersesat dan berada di ladangnya tanpa makanan maupun tempat bernaung. Mereka hanya mengepakkan sayapnya dan terbang rendah mengitari ladangnya, buta dan tanpa tujuan. Tampaknya beberapa darinya menumbuk jendelanya.
Orang itu merasa kasihan pada angsa-angsa itu dan bermaksud menolong mereka. Lumbung tentu merupakan tempat yang nyaman bagi mereka, ia berpikir. Di situ hangat dan aman; tentunya mereka bisa tinggal semalam di situ dan melanjutkan perjalanannya setelah badai berlalu. Maka ia pergi ke lumbung dan membuka pintunya lebar-lebar, lalu ia mengawasi dan menunggu, berharap angsa-angsa itu melihat lumbung yang terbuka itu dan masuk ke dalamnya. Namun angsa-angsa itu tetap terbang berkeliling tanpa tujuan dan tampaknya tidak memperhatikan lumbung itu dan menyadari apa artinya bagi mereka.
Orang itu mencoba menarik perhatian angsa-angsa itu, tetapi tampaknya malah menakutkan mereka dan mereka makin menjauh. Ia masuk kerumah mengambil beberapa roti, memecah-mecahkannya, dan remah-remahnya ia tebarkan ke arah lumbung. Tetapi angsa-angsa itu tetap tidak mau mengerti. Orang itu menjadi bingung. Ia lari kebelakang angsa-angsa itu dan menggusahnya ke arah lumbung, tetapi mereka makin takut dan terbang menyebar dan bukannya ke arah lumbung. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk membawa angsa-angsa itu ke lumbung tempat yang hangat dan aman bagi mereka. “Mengapa mereka tidak mau mengikutiku?!” ia mengeluh. “Apakah mereka tidak melihat bahwa itu satu-satunya tempat dimana mereka dapat selamat dari badai?”
Ia berpikir sejenak dan menyadari bahwa angsa-angsa itu tidak akan mengikuti manusia.
“Kalau saja aku seekor angsa, aku dapat menyelamatkan mereka,” ia berkata keras. Ia mendapat akal. Ia pergi ke lumbung, mengambil salah satu angsanya, dan membawanya berkeliling di belakang angsa-angsa liar itu. Lalu ia melepaskannya. Angsa itu terbang di antara angsa-angsa liar itu dan langsung menuju ke lumbung – dan satu persatu angsa-angsa liar itu mengikutinya menuju ke keselamatannya. Orang itu sesaat berdiri dalam keheningan ketika kata-kata yang baru ia ucapkan beberapa menit yang lalu mengiang kembali di telinganya.
“Kalau saja aku seekor angsa, aku dapat menyelamatkan mereka!” Lalu ia teringat kata-kata yang ia ucapkan pada isterinya sore tadi, “Mengapa Tuhan berkenan menjadi seperti kita? Ini aneh!”
Tiba-tiba semuanya menjadi jelas. Itulah yang Tuhan lakukan. Kita seperti angsa-angsa liar itu – buta, sesat dan menuju kehancuran. Tuhan menjadikan AnakNya seperti kita hingga Ia dapat menunjukkan pada kita jalan dan menyelamatkan kita. Inilah arti Hari Natal, ia menyadari. Ketika angin dan hujan salju berlalu, pikirannya menjadi tenang dan ia terhanyut dalam pikiran yang indah itu. Tiba-tiba ia mengerti arti Hari Natal dan mengapa Kristus telah datang. Tahun-tahun penuh keraguan dan ketidak percayaan lenyap seperti badai yang telah berlalu itu. Ia pun berlutut di atas salju, dan mengucapkan doanya yang pertama, “Terima kasih Tuhan, Engkau telah datang sebagai manusia melepaskan aku dari badai!”
[Bandingkan kisah di atas dengan kisah di Matius 17:6, murid-murid Yesus yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes jatuh tersungkur ketika mendengar suara Tuhan dari balik awan-awan karena sangat ketakutan; tetapi mereka merasa akrab ketika berhadapan dengan Yesus.]
PERUMPAMAAN ANAK KEMBAR
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Korintus 15:55-57)
Suatu ketika, terbentuklah janin dua anak laki-laki kembar. Minggu-minggu berlalu dan dan kedua anak kembar itu tumbuh. Ketika kesadaran mereka tumbuh, mereka tertawa gembira: “Bukankah luar biasa bahwa kita telah terbentuk? Bukankah luar biasa kita hidup?’
Bersama-sama mereka menjelajahi dunianya. Ketika mereka menemukan tali ibunya yang memberi mereka hidup, mereka bernyanyi ria. Namun kedua anak itu merasakan mereka berubah.
“Apa artinya ini?" Tanya yang satu.
“Ini berarti keberadaan kita di dunia ini akan berakhir.” Kata yang lain.
“Tetapi aku tak mau pergi,” kata yang satu. “Aku ingin terus berada di sini.”
“Kita tak ada pilihan,” kata yang lain.
“Tetapi barangkali ada kehidupan setelah kelahiran.”
“Tetapi bagaimana mungkin?” Sanggah yang lain.
“Kita akan lepas dari tali kehidupan kita dan bagaimana mungkin hidup tanpa itu? Selain itu, orang lain sebelum kita tak ada yang kembali memberi tahu kita bahwa ada kehidupan setelah kelahiran. Tidak, ini adalah suatu akhir. Mungkin tak ada ibu sama sekali."
“Tetapi harus ada,” bantah yang lain. “Bagaimana kita bisa berada di sini? Bagaimana kita bisa hidup?”
“Pernahkah kita melihat ibu kita?” Tanya yang satunya lagi. “Mungkin dia hanya ada di pikiran kita. Mungkin kita dibentuk oleh gagasan membuat kita kelihatannya baik.”
Maka hari-hari terakhir di dalam rahim itu dipenuhi berbagai pertanyaan dan kecemasan. Akhirnya, waktu kelahiran tiba. Ketika anak kembar itu keluar dari dunianya, mereka membuka mata dan berteriak dengan riang – karena yang dilihatnya melebihi impian terindah mereka, dilihatnya wajah ibunya yang tersenyum penuh kasih. Itulah kematian yang dialami orang Kristen.
Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." ( 1 Korintus 2:9).
Cerita tiga buah pohon
Pada suatu ketika adalah tiga buah pohon yang tumbuh di lereng suatu bukit.
Mereka membicarakan harapan dan impian mereka. Pohon yang pertama berkata, “Saya berharap saya akan menjadi suatu kotak harta yang berharga. Saya akan diisi dengan emas, perak dan barang berharga lainnya. Saya akan diukir dengan indah dan setiap orang dapat melihat keindahan saya.”
Kemudian pohon kedua berkata, “Pada suatu ketika saya akan menjadi sebuah kapal yang perkasa. Saya akan membawa para raja dan ratu mengarungi samudera dan berlayar ke ujung dunia. Setiap orang akan merasa aman di dalam diri saya.”
Akhirnya pohon yang ketiga berkata, “Saya ingin tumbuh menjadi pohon yang paling tinggi dan paling tegak di daerah ini. Orang dapat melihat saya di puncak sebuah bukit dan melihat ke cabang-cabang saya, dan berpikir betapa dekatnya saya dengan sorga dan Tuhan hingga bisa meraihnya. Saya akan menjadi pohon yang terbesar sepanjang zaman dan orang akan selalu ingat akan saya.”
Setelah beberapa tahun mereka berdoa agar impiannya menjadi kenyataan, sekelompok penebang kayu datang ke situ. Ketika salah seorang penebang kayu datang ke pohon yang pertama ia berkata, “Ini tampaknya pohon yang kuat, saya kira saya dapat menjual kayunya pada seorang tukang kayu”. Ia pun mulai menebang pohon itu. Pohon itu merasa bahagia, karena ia merasa tukang kayu itu akan membuatnya menjadi kotak harta yang berharga.
Pada pohon kedua salah seorang penebang kayu berkata, “Ini tampaknya pohon yang kuat, saya tentu bisa menjualnya pada seorang tukang pembuat kapal.”
Pohon kedua juga merasa bahagia karena dengan cara itu ia mengira akan menjadi kapal yang perkasa.
Ketika penebang kayu itu sampai ke pohon yang ketiga, pohon itu merasa cemas karena kalau ia ditebang maka impiannya tak akan menjadi kenyataan. Salah seorang tukang kayu berkata, “Saya tidak memerlukan hal-hal istimewa pada pohon saya, maka saya akan ambil saja pohon ini,” ia pun menebangnya.
Ketika pohon pertama tiba di tempat tukang kayu, tukang kayu itu membuatnya menjadi kotak makanan untuk hewan. Ia menaruhnya di sebuah kandang dan mengisinya dengan jerami. Pohon tu kecewa, ini sama sekali bukan hal yang dimohonnya dalam doa.
Pohon kedua dipotong-potong dan dijadikan sebuah perahu nelayan yang kecil. Impiannya untuk menjadi sebuah kapal yang perkasa yang membawa para raja haruslah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan yang besar dan ditinggalkan dalam kegelapan.
Tahun-tahun pun berlalu, dan pohon-pohon itu sudah melupakan impian mereka. Pada suatu hari, seorang laki-laki dan perempuan masuk ke kandang dan meletakkan seorang bayi di atas jerami dalam kotak makanan yang dibuat dari pohon yang pertama. Orang laki-laki itu hendak membuat sebuah tempat tidur bayi dan palungan itu cocok untuk itu. Pohon itu pun dapat merasakan pentingnya peristiwa itu dan tahu bahwa ia pernah digunakan untuk menaruh sesuatu yang paling mulia sepanjang segala zaman.
Beberapa tahun kemudian, sekelompok orang menumpang kapal nelayan yang dibuat dari pohon yang kedua. Salah seorang di antaranya lelah dan tertidur. Ketika mereka sedang berada di tengah danau, mereka diterjang badai dan pohon itu merasa tidak cukup kuat melindungi orang-orang itu. Orang-orang itu membangunkan orang yang tertidur itu, dan Ia berdiri dan berkata, “Tenanglah” dan badai pun berhenti. Pada saat itu juga tahulah pohon itu bahwa ia telah membawa Raja dari segala raja di perahu itu.
Akhirnya, datanglah seorang yang mengambil pohon yang ketiga. Kayu itu dibawa sepanjang jalan oleh seorang dan orang-orang mengolok-olok orang yang membawa kayu itu. Ketika sampai di tujuan, orang itu dipaku pada pohon itu, ditegakkan dan Ia mati di puncak bukit. Ketika Minggu tiba, pohon itu menyadari bahwa ia cukup kuat berdiri di atas bukit itu dan berada sangat dekat dengan Tuhan, karena Yesus telah disalibkan di pohon itu.
Moral dari cerita ini adalah, bila sesuatu tampaknya tidak berjalan sesuai dengan kehendak Anda, ketahuilah bahwa Tuhan mempunyai rencana untuk Anda. Bila Anda menaruh kepercayaan pada Dia, Ia akan memberi Anda anugerah besar. Setiap pohon memperoleh hal yang diinginkan, hanya bukan dengan cara yang mereka bayangkan. Kita tidak selalu mengerti rencana Tuhan untuk kita. Kita hanya tahu bahwa caraNya bukan cara kita, tetapi kita tahu bahwa caraNya selalu yang terbaik.
Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Matius 7:11)
Bila anda dianugerahi umur 70 tahun
Bila Anda dianugerahi umur 70 tahun, maka Anda akan menggunakan waktu anda untuk:
23 tahun untuk tidur,
14 tahun untuk bekerja,
8 tahun untuk menonton TV,
8 tahun untuk hiburan, bersenang-senang,
4 tahun berada dalam perjalanan,
4 tahun untuk bercakap-cakap,
1 tahun untuk membaca,
1 tahun untuk pendidikan.
Dan bila Anda setiap Minggu ke gereja mengikuti kebaktian dari awal sampai akhir dan setiap hari berdoa pagi dan malam masing-masing selama 5 menit, Anda memberikan waktu 5 bulan bagi Tuhan. Lima bulan dari 70 tahun?
(15 Nov 02; inhis.com)
Batu, kerikil dan pasir
Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong. Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang diisikannya ke botol itu. Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga. Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiakan. Kemudian ia mengambil kotak yang berisi kerikil kecil. Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya. Kerikil-kerikil itu bergulir masuk memenuhi ruang di antara batu-batu itu. Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya. Lalu profesor itu mengambil sekotak pasir dan menuangkannya ke botol. Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.
“Sekarang,” kata profesor, “Saya ingin kalian tahu bahwa botol ini mengibaratkan hidup kamu. Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup kamu yaitu keluarga, kesehatan, anak-anak Anda. Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup Anda, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan Anda. Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan Anda. Bila Anda memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu. Begitu juga dengan hidup Anda. Bila Anda mencurahkan seluruh energi dan waktu Anda untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka Anda tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup Anda. Berikan prioritas pada hal yang terpenting. Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak Anda. Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Dia yang memelihara Anda. Jangan khawatir Anda akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan Anda, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja."
Tujuh keajaiban dunia
Sekelompok mahasiswa Geografi mendiskusikan tujuh keajaiban dunia. Pada akhir pertemuan mahasiswa-mahasiswi itu diminta membuat kesimpulan. Walaupun ada perbedaan-perbedaan, namun sebagian besar setuju bahwa ke tujuh keajaiban dunia adalah: Piramid di Mesir, Taj Mahal, Taman Gantung di Babel, Terusan Panama, Gedung Empire State Building, Basilika St. Petrus dan Tembok Besar Cina.
Ketika mengumpulkan hasil jawaban, dosen mereka melihat, ada seorang mahasiswi, sorang gadis pendiam, yang belum mengembalikan jawabannya. Dosen itu bertanya apakah ada kesulitan.
Gadis itu menjawab, “Ya sedikit. Saya tidak dapat memilihnya karena terlalu banyak.”
Guru itu berkata, “Coba berikan apa yang telah kamu tuliskan, mungkin kita bisa membantu.”
Gadis itu ragu-ragu, kemudian membaca jawabannya, “Saya kira Tujuh Kejaiban Dunia adalah merasa dan mengecap, melihat dan mendengar, dan kemudian, … mencium, menghampiri dan mengasihi.”
Memang mudah bagi kita menganggap hasil kerja manusia sebagai “keajaiban”, tetapi kita sering mengabaikan hasil kerja Tuhan dan menganggapnya sebagai hal yang “biasa”.
Mazmur 77:12-15
Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaibanMu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaanMu, dan merenungkan perbuatan-perbuatanMu. Ya Allah, jalanMu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban: Engkau telah menyatakan kuasaMu di a.
SEBUAH KISAH TENTANG YESUS: BELAJAR DARI KEAJAIBAN
TUKANG ROMBENG
Untuk orang seperti siapakah Dia datang? Untuk bilangan waktu manakah Dia menjelang? Berikut adalah kisah yang menunjukkan kepada siapa dan kapan Dia akan datang. Semuanya, hanya satu saja dasarnya: Cinta!
Menjelang fajar, pada suatu hari Jumat, saya melihat seorang pria muda, tampan, dan kuat, berjalan di lorong-lorong kota kami. Dia menarik gerobak yang penuh dengan pakaian baru sambil berseru dengan suara nyaring, "Rombeng!" Ah, udara berbau busuk dan cahaya yang muram itu dilintasi oleh suara musik yang indah.
"Rombeng! Baju lama ditukar baju baru! Saya menerima baju rombeng! Rombeng!"
"Sekarang inilah keajaiban," pikir saya dalam hati, karena pria ini tinggi besar, dan lengannya kukuh seperti dahan pohon, keras dan berotot. Matanya menyorotkan kecerdasan. Apakah dia tidak dapat mencari pekerjaan yang lebih baik sehingga memilih menjadi tukang rombeng di kota yang kumuh? Saya mengikutinya karena keingintahuan saya yang besar. Dan, saya tidak kecewa. Tukang rombeng itu melihat seorang wanita duduk di beranda belakang.
Dengan saputangan menutupi wajahnya, dia menangis, mengeluh dan mencucurkan ribuan tetes air mata. Lutut dan sikunya membentuk huruf X. Bahunya bergetar. Hatinya hancur. Tukang rombeng itu menghentikan gerobaknya. Dengan tenang, dia menghampiri wanita itu sambil menginjak kaleng-kaleng kosong, mainan rusak, dan barang rongsokan lainnya.
"Berikan barang rombengmu," ujar tukang rombeng itu dengan sabar, "dan saya akan memberimu barang baru."
Tukang rombeng itu melepaskan saputangan dari mata wanita itu. Wanita itu memandangnya, dan tukang rombeng itu meletakkan sebuah saputangan linen yang baru dan bersih ke telapak tangannya. Mata wanita itu beralih dari pemberian itu ke pemberinya.
Kemudian, saat tukang rombeng itu menarik gerobaknya kembali, dia melakukan hal yang aneh: Dia mengusapkan saputangan yang penuh noda itu ke wajahnya sendiri, dan kemudian dia mulai menangis. Dia menangis begitu kerasnya seperti wanita itu sehingga pundaknya bergetar. Namun, wanita itu tidak lagi menangis.
"Ini ajaib," ujar saya kepada diri saya sendiri, dan saya mengikuti tukang rombeng seperti seorang anak yang ingin membongkar suatu misteri.
"Rombeng! Rombeng! Baju tua saya ganti dengan baju baru!"
Tidak lama kemudian, ketika matahari makin tinggi, tukang rombeng itu mendatangi seorang gadis yang kepalanya dibalut. Mata gadis itu menatap kosong. Darah membasahi perbannya. Aliran darah mengalir di pipinya. Sekarang, tukang rombeng yang tinggi itu menatap gadis itu dengan rasa kasihan, dan dia mengeluarkan topi wanita dari gerobaknya.
"Berikan perbanmu," ujarnya, "dan saya akan memberimu sebuah topi baru."
Anak gadis itu hanya dapat menatap tukang rombeng dengan heran ketika dia mulai melepaskan perban dari kepalanya dan memasangnya di kepalanya sendiri.
Kemudian, dia memasang topi baru itu di kepala gadis kecil itu. Dan, saya terperangah dengan apa yang saya lihat. Sekarang, ganti kepala tukang rombeng itu yang terluka. Di alisnya mengalir darah segar, darahnya sendiri!
"Rombeng! Rombeng! Saya menerima barang rombeng!" teriak tukang rombeng yang kuat, cerdas tetapi menangis dan berdarah.
Matahari menyilaukan mata saya dan tukang rombeng itu tampak semakin tergesa-gesa.
"Apakah kamu mau bekerja?" tanyanya kepada seorang yang bersandar di tiang telepon. Pria itu menggelengkan kepalanya.
Tukang rombeng itu mendesaknya, "Apakah kamu memiliki pekerjaan?"
"Kamu gila ya?" ujar orang itu sambil menyeringai. Dia tidak lagi bersandar di tiang telepon, tetapi membuka lengan bajunya dan menarik tangannya dari kantung jaketnya. Dia tidak mempunyai tangan.
"Berikan jaketmu kepada saya dan saya akan memberimu jaket saya," perintah tukang rombeng itu.
Suaranya memancarkan otoritas! Pria buntung itu melepaskan jaketnya. Demikian juga tukang rombeng itu. Dan, saya gemetar mengetahui apa yang saya lihat: lengan tukang rombeng itu melekat di jaketnya dan ketika pria buntung itu mengenakan jaket, lengan itu terpasang di pundaknya. Sekarang, tukang rombeng itu buntung sebelah tangannya.
"Pergilah bekerja," ujar tukang rombeng itu.
Setelah itu, tukang rombeng menjumpai seorang pemabuk yang berbaring pingsan di bawah selimut tentara. Pemabuk itu tampak tua dan memprihatinkan. Tukang rombeng itu mengambil selimut pemabuk itu dan membungkuskannya ke tubuhnya sendiri, lalu menyelimuti pemabuk tua itu dengan selimut baru.
Dan, sekarang saya harus berlari supaya bisa mengikuti tukang rombeng itu. Meskipun dia menangis menjadi-jadi, darah bercucuran di wajahnya, menarik gerobak dengan satu lengan, tersandung, terjatuh berkali-kali, kelelahan, tua dan sakit, dia melangkah dengan kecepatan tinggi. Dengan "kaki laba-laba" dia menyusuri lorong-lorong kota itu.
Saya terkejut melihat perubahan pria ini. Saya sedih melihat penderitaannya. Meskipun demikian, saya ingin melihat ke mana dia pergi dengan begitu tergesa-gesa dan saya juga ingin mengetahui apa yang membuatnya melakukan semua ini.
Tukang rombeng yang sekarang bertubuh kecil dan tua itu pergi ke suatu tempat. Dia menghampiri sebuah lubang sampah. Saya ingin membantunya mengerjakan apa pun, namun saya menarik diri dan bersembunyi. Dia mendaki sebuah bukit. Dengan usaha yang keras, dia membersihkan sebuah tempat di bukit itu. Kemudian, dia menarik napas. Dia berbaring. Dia memakai sebuah saputangan dan jaket sebagai bantalnya. Dia menutupi tulang-tulangnya dengan selimut tentara. Dan, dia mati.
Oh, saya menangis menyaksikan kematian seperti itu! Saya masuk ke sebuah mobil rongsokan dan menangis serta meratap seperti seorang yang tidak punya harapan, karena saya mulai mencintai tukang rombeng itu. Setiap wajah yang saya kenal memudar ketika saya melihat wajah tukang rombeng itu. Saya sangat menghargai tukang rombeng itu, tetapi dia mati. Saya menangis terus sampai jatuh tertidur.
Saya tidak tahu -bagaimana saya bisa tahu?- bahwa saya tidur melewati Jumat malam dan Sabtu malam. Tetapi kemudian, pada Minggu pagi, saya tersentak bangun. Cahaya -sinar yang murni- menghunjam wajah saya yang kecut, dan saya mengerjapkan mata saya. Saya melihat keajaiban yang terakhir dan pertama. Tukang rombeng itu bangun, melipat selimutnya dengan amat hati-hati.
Ada goresan luka di dahinya, namun dia hidup! Di samping itu, dia juga sehat! Tidak ada kesan sedih atau tua di wajahnya, dan semua rombengan yang berhasil dikumpulkannya tampak bersih dan bersinar. Saya tidak sanggup menatap semua itu lagi. Saya gemetar melihat semua itu. Saya berjalan mendekati tukang rombeng itu. Saya memberi tahu nama saya dengan rasa malu, karena saya adalah makhluk yang patut dikasihani di depannya.
Kemudian, saya melepaskan pakaian saya di tempat itu, dan saya berkata kepadanya dengan penuh permohonan, "Beri saya pakaian baru."
Dia memakaikan pakaian baru di tubuh saya. Saya menjadi ciptaan baru di tangannya. Tukang rombeng itu, tukang rombeng itu, tukang rombeng itu adalah Kristus!
Selasa, 18 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar